Jika Anies Menang, Ideologi Islam Radikal Berpotensi Menjamur, NU Terancam
www.LigaEmas.net - Ideologi radikal bisa diartikan sebagai
paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar
dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang
penganut dari paham / aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang
yang berbeda paham / aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan
yang dianut dan dipercayainya untuk diterima secara paksa.
Islam Indonesia memang belum bisa
dikatakan sebagai Islam radikal layaknya ISIS yang memaksakan
pemahamannya dengan jalan kekerasann. Namun saya melihat benih-benih itu
mulai tumbuh. Kefanatikan yang membabi buta kepada ajaran agama yang
dipahaminya membuatnya merasa dirinya umat Islam paling baik dan
menganggap sesat kepada umat Islam lain yang berbeda paham.
Seperti halnya ISIS, mereka ingin
mensyari’ahkan Indonesia. Mereka ingin mengganti sisitem dekorasi
Indonesia dengan sistem khilafah. Beruntung, Indonesia memiliki NU yang
terus menggaungkan Islam Nusantara keseluruh pelosok negeri untuk
menangkis paham radikalisme.
Sebenarnya saya sedikit heran mengapa
Anies bersedia diusung oleh PKS. PKS adalah salah satu partai yang
mendukung sistem khilafah. Bersama HTI, PKS berjuang untuk menegakkan
hukum syari’ah di Indonesia. Anies merupakan seorang mantan rektor
Universitas Paramadina.
Universitas Paramadina adalah kampus Cak Nur
(Nurcholis Madjid) yang dikenal liberal.
Anies bahkan dulu pernah dituduh oleh
orang-orang yang secingkrangan dengan PKS dan HTI sebagai liberal dan
syi’ah. Saya sebelumnya juga menganggap Anies lebih condong ke liberal
dibanding ke fundamental seperti PKS. Oleh karena itu, saya belum
menemukan jawaban mengapa Anies yang lebih dekat ke liberal, mau
bergabung dengan PKS yang fundamental. Liberal dan fundamental adalah
dua hal yang susah disatukan.
Asumsi saya karena memang dalam dunia
politik apa pun bisa terjadi. Dulu lawan, sekarang bisa jadi kawan. Yang
terpenting kepentingan politiknya bisa terakomodasi. Asumsi kedua,
Anies memang bukan liberal. Meskipun menjadi rektor Paramadina yang
terkenal kempus liberal, Anies tidak seperti Cak Nur. Anies memang lebih
dikenal sebagai akademisi, bukan cendekiawan muslim seperti Cak Nur,
Jalaluddin Rachmat, Azyumazdi Azra dan yang lain.
Jika Anies liberal sejati, dia tidak akan
mau diusung oleh PKS. PKS tidak mungkin gratis mengusung Anies. Jika
Anies menjadi gubernur, PKS serta kelompok yang secingkrangan denganya
akan menemukan momentum untuk terus menyebarkan paham-paham mereka
terutama terkait menyari’ahkan Indonesia.
Kita masih ingat betapa radikalnya PKS,
FPI, HTI dimana mereka berhasil memaksakan keinginannya kepada Polisi
untuk segera memproses Ahok. Mereka berhasil memprovokasi umat Islam
untuk ikut aksi-aksi bela Islam yang sebenarnya aksi memaksakan
kehendak. Mereka memaksakan apa yang mereka pahami kepada orang lain.
Mereka memaksakan pemahaman larangan memilih pemimpin non-muslim kepada
umat Islam yang tidak sependapat.
Banyak ahli tafsir yang tidak sepakat
dengan pemahaman mereka terkait larangan memilih pemimpin non-muslim.
Ketika mereka melakukan demo untuk memaksa umat Islam Indonesia sepakat
dengan mereka (dalam hal larangan memilih pemimpin non-muslim), ini
merupakan sebauh tindakan radikal. Tidak berhak seseorang memaksakan
pendapatnya kepada orang lain.
Islam mengajarkan bahwa tidak boleh ada
paksaan dalam beragama. Ketika mereka memaksakan umat Islam untuk
menyepakati larangan memilih pemimpin non-muslim artinya mereka
mencederai konsep ajaran Islam tentang kebebasan berpendapat. Dalam hal
memilih agama saja kita tidak boleh memaksa orang lain, apalagi hanya
dalam persoalan yang jelas-jelas ada perbedaan pendapat di situ.
Jika Anies menjadi gubernur, mereka yang
ikut aksi akan merasa menjadi pemenang. Mereka pun akan semakin pongah
dan menganggap apa yang mereka lakukan diridhoi oleh Tuhan. Mereka akan
semakin menemukan jalan untuk mensyari’ahkan Indonesia di setiap lini.
Mereka akan semakin merasa kelompok yang paling benar.
Saya berharap warga NU menyadari ini. Jika
mereka memilih Anies, secara tidak langsung akan mengancam ideologi
orang NU. Mereka adalah orang yang selama ini menentang amaliyah NU.
Jika NU memilih Anies, secara tidak langsung akan melemahkan NU.
Eksistensi NU sebagai ormas yang sangat toleran dan menghargai budaya
lokal akan tergerus dengan corak Islam yang anti toleransi, dan tidak
menghargai budaya-budaya lokal. Jika NU semakin lemah di Indonesia, hal
yang sering diprediksi orang adalah cepat atau lambat Indonesia akan
seperti negeri Timur Tengah. Marwah partai-partai NU akan turun dan
berada di bawah PKS.
Saya rasa masih wajar mengapa kemarin PPP
dan PKB kemarin mendukung AHY karena memang AHY nasionalis. Namun sangat
disayangkan jika putaran kedua Pilgub DKI PPP dan PKB mendukung Anies.
Saya sebagai warga NU khawatir. Keduanya akan menggantungkan nasib NU
kepada PKS yang notebene tidak suka dengan amaliyah NU.
Saya berharap PPP dan PKB yang notabene
partai NU mau mengikuti jejak Gus Dur yang sangat toleran dan plural.
Tidak perlu ragu untuk mendukung Ahok.
Mungkin seperti itu…
0 komentar:
Posting Komentar