Sabtu, 18 Februari 2017

Jika Anies Menang, Ideologi Islam Radikal Berpotensi Menjamur, NU Terancam

Jika Anies Menang, Ideologi Islam Radikal Berpotensi Menjamur, NU Terancam

http://ligaemas.blogspot.com/2017/02/jika-anies-menang-ideologi-islam.html

www.LigaEmas.net - Ideologi radikal bisa diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham / aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham / aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya untuk diterima secara paksa.

Islam Indonesia memang belum bisa dikatakan sebagai Islam radikal layaknya ISIS yang memaksakan pemahamannya dengan jalan kekerasann. Namun saya melihat benih-benih itu mulai tumbuh. Kefanatikan yang membabi buta kepada ajaran agama yang dipahaminya membuatnya merasa dirinya umat Islam paling baik dan menganggap sesat kepada umat Islam lain yang berbeda paham.

Seperti halnya ISIS, mereka ingin mensyari’ahkan Indonesia. Mereka ingin mengganti sisitem dekorasi Indonesia dengan sistem khilafah. Beruntung, Indonesia memiliki NU yang terus menggaungkan Islam Nusantara keseluruh pelosok negeri untuk menangkis paham radikalisme.

Sebenarnya saya sedikit heran mengapa Anies bersedia diusung oleh PKS. PKS adalah salah satu partai yang mendukung sistem khilafah. Bersama HTI, PKS berjuang untuk menegakkan hukum syari’ah di Indonesia. Anies merupakan seorang mantan rektor Universitas Paramadina. 

Universitas Paramadina adalah kampus Cak Nur (Nurcholis Madjid) yang dikenal liberal.

Anies bahkan dulu pernah dituduh oleh orang-orang yang secingkrangan dengan PKS dan HTI sebagai liberal dan syi’ah. Saya sebelumnya juga menganggap Anies lebih condong ke liberal dibanding ke fundamental seperti PKS. Oleh karena itu, saya belum menemukan jawaban mengapa Anies yang lebih dekat ke liberal, mau bergabung dengan PKS yang fundamental. Liberal dan fundamental adalah dua hal yang susah disatukan.

Asumsi saya karena memang dalam dunia politik apa pun bisa terjadi. Dulu lawan, sekarang bisa jadi kawan. Yang terpenting kepentingan politiknya bisa terakomodasi. Asumsi kedua, Anies memang bukan liberal. Meskipun menjadi rektor Paramadina yang terkenal kempus liberal, Anies tidak seperti Cak Nur. Anies memang lebih dikenal sebagai akademisi, bukan cendekiawan muslim seperti Cak Nur, Jalaluddin Rachmat, Azyumazdi Azra dan yang lain.

Jika Anies liberal sejati, dia tidak akan mau diusung oleh PKS. PKS tidak mungkin gratis mengusung Anies. Jika Anies menjadi gubernur, PKS serta kelompok yang secingkrangan denganya akan menemukan momentum untuk terus menyebarkan paham-paham mereka terutama terkait menyari’ahkan Indonesia.

Kita masih ingat betapa radikalnya PKS, FPI, HTI dimana mereka berhasil memaksakan keinginannya kepada Polisi untuk segera memproses Ahok. Mereka berhasil memprovokasi umat Islam untuk ikut aksi-aksi bela Islam yang sebenarnya aksi memaksakan kehendak. Mereka memaksakan apa yang mereka pahami kepada orang lain. Mereka memaksakan pemahaman larangan memilih pemimpin non-muslim kepada umat Islam yang tidak sependapat.

Banyak ahli tafsir yang tidak sepakat dengan pemahaman mereka terkait larangan memilih pemimpin non-muslim. Ketika mereka melakukan demo untuk memaksa umat Islam Indonesia sepakat dengan mereka (dalam hal larangan memilih pemimpin non-muslim), ini merupakan sebauh tindakan radikal. Tidak berhak seseorang memaksakan pendapatnya kepada orang lain.

Islam mengajarkan bahwa tidak boleh ada paksaan dalam beragama. Ketika mereka memaksakan umat Islam untuk menyepakati larangan memilih pemimpin non-muslim artinya mereka mencederai konsep ajaran Islam tentang kebebasan berpendapat. Dalam hal memilih agama saja kita tidak boleh memaksa orang lain, apalagi hanya dalam persoalan yang jelas-jelas ada perbedaan pendapat di situ.

Jika Anies menjadi gubernur, mereka yang ikut aksi akan merasa menjadi pemenang. Mereka pun akan semakin pongah dan menganggap apa yang mereka lakukan diridhoi oleh Tuhan. Mereka akan semakin menemukan jalan untuk mensyari’ahkan Indonesia di setiap lini. Mereka akan semakin merasa kelompok yang paling benar.

Saya berharap warga NU menyadari ini. Jika mereka memilih Anies, secara tidak langsung akan mengancam ideologi orang NU. Mereka adalah orang yang selama ini menentang amaliyah NU. 

Jika NU memilih Anies, secara tidak langsung akan melemahkan NU. Eksistensi NU sebagai ormas yang sangat toleran dan menghargai budaya lokal akan tergerus dengan corak Islam yang anti toleransi, dan tidak menghargai budaya-budaya lokal. Jika NU semakin lemah di Indonesia, hal yang sering diprediksi orang adalah cepat atau lambat Indonesia akan seperti negeri Timur Tengah. Marwah partai-partai NU akan turun dan berada di bawah PKS.

Saya rasa masih wajar mengapa kemarin PPP dan PKB kemarin mendukung AHY karena memang AHY nasionalis. Namun sangat disayangkan jika putaran kedua Pilgub DKI PPP dan PKB mendukung Anies. Saya sebagai warga NU khawatir. Keduanya akan menggantungkan nasib NU kepada PKS yang notebene tidak suka dengan amaliyah NU.

Saya berharap PPP dan PKB yang notabene partai NU mau mengikuti jejak Gus Dur yang sangat toleran dan plural. Tidak perlu ragu untuk mendukung Ahok.
Mungkin seperti itu…

0 komentar:

Posting Komentar