Senin, 20 Februari 2017

Demo 212 di DPR, Ketakutan kepada Ahok, Rizieq Firasat

Demo 212 di DPR, Ketakutan kepada Ahok, Rizieq Firasat

 

http://ligaemas.blogspot.com/2017/02/demo-212-di-dpr-ketakutan-kepada-ahok.html

www.LigaEmas.net - Luar biasa. Ahok akhirnya kembali menjadi gubernur aktif. Serangan bertubi-tubi yang telah diarahkan kepadanya tak mempan. Secara hukum, kinerja dan dukungan, Ahok kembali di atas angin. Demo 411 dan 212 tahun lalu seakan tak berbekas. Malahan lebaran kuda kandas 15 Februari. Agus tersingkir sementara Anies dilanda euforia tinggi bisa melangkah ke putaran kedua.

Pertarungan Ahok-Anies di putaran kedua dipastikan berlangsung sengit. Selama dua bulan ke depan kita akan menyaksikan pertarungan Pilkada paling sengit se Indonesia. Pun partisipatif warga dalam Pilkada DKI kali ini akan mencetak sejarah baru sebagai Pilkada yang melibatkan warga tertinggi di Indonesia sepanjang sejarah. Euforia kemenangan di kubu Anies di satu pihak ditambah aktifnya kembali gubernur Ahok, akan menambah serunya pertarungan.

Jelas posisi Ahok yang telah menjadi gubernur menakutkan kubu Anies dan para pendukungnya. Ahok dengan segala kekuasaan di tangannya, siap bermanufer, berkamuflase dan bermetafora. Ahok akan berkampanye secara tak langsung lewat kerja kerasnya. Sementara Anies hanya ketawa jika ada banjir dan sibuk menjelaskan rumah tanpa DP nol Rupiah. Situasi ini  jelas sangat menakutkan kubu Anies dan para pendukungnya.

Dipastikan Ahok dan pendukungnya akan meniru strategi PKS yang militan. Para relawan Ahok, PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura akan terjun langsung memastikan bahwa semua temannya terdata di DPT dan bisa menyoblos pada tanggal 19 April mendatang. Semua bergerak. Golkar telah membunyikan lonceng pergerakan. PDIP siap bergerak di akar rumput.

Para relawan Ahok kini sedang bergerak cepat berkonsolidasi. Para simpatisan Ahok yang menjabat sebagai pengurus RT mulai didorong untuk memastikan bahwa semua temannya terdata di DPT, termasuk yang hanya menumpang KTP dan tinggal di lokasi lain. Yang tinggal di lokasi sesuai KTP, aktif menghubungi yang menumpang KTP, mengingatkan, menyemangati untuk datang pada hari pencoblosan.

Kini para pendukung Ahok sudah siap membelah Jakarta, mendatangi TPS sesuai KTP, memastikan daftar namanya di DPT, menyusuri jalan dari Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, Serpong demi mengurus DPT. Para pendukung Ahok kini bagai macan yang dibangunkan. Mereka telah belajar bahwa tidak ada gunanya larut dalam euforia semu di dunia maya, mabuk dengan flash mob di mall, bangga dengan Rumah Lembang yang selalu ramai.

Akan tetapi semuanya itu tidak ada artinya jika ternyata tak terdata di DPT, malas datang ke TPS dan merasa Pilkada bukan urusannya. Kini kesalahan itu telah mengubah mentalitas para pendukung Ahok. 

Hanya berkoak-koak di media dan meyakini bahwa Ahok menang satu putaran, kini ditinggalkan. Saatnya turun langsung bertarung di lapangan. Kini saatnya rela berkorban dan siap bertarung untuk memenangkan Ahok.

Konsolidasi yang telah mulai dibangun oleh para relawan Ahok telah mengirim sinyal menakutkan bagi Gerinda, PKS dan ormas-ormas Islam yang mendukungnya. Apa yang terjadi jika mereka yang tidak menyoblos pada 15 Februari itu datang dengan data lengkap menyoblos pada 19 April 2017 mendatang?
 
Ditambah aktifnya kembali Ahok di kursi gubernur, semakin membuat FPI, FUI, GNPF MUI dan ormas lain ketakutan. Kemenangan yang sudah mulai dicium akan sirna seperti Pilkada DKI 2004, seperti yang dialami Adang Daradjatun, calon yang diusung PKS. Apa yang terjadi jika Ahok keluar sebagai pemenang Pilkada? Maka tidak ada jalan lain selain terus mendemo Ahok dengan tuntutan aneh copot Ahok. Para pendemo terus akan mengingatkan para para lawan Ahok bahwa perjuangan belum selesai.

Ada harapan bahwa dengan adanya demo terus-menerus kepada Ahok, maka dukungan kepada Anies akan semakin besar. Oleh karena itu maka segala cara yang masih ada terus ditempuh untuk melemahkan, menggerus, merongrong dukungan kepada Ahok. Selagi ada energi, maka jangan pernah berhenti untuk mengejar dan menggencet Ahok hingga titik darah penghabisan.

Filosofinya adalah tetap ribut, bergerak dan berteriak, maka masyarakat akan tetap memperhatikan tuntutan mereka. Dengan demikian kata penista agama, terdakwa yang telah disematkan kepada Ahok terus diingat publik hingga sampai hari pencoblosan.

Rizieq Firasat

Ada kabar bahwa Rizieq, Munarman dan ketua GNPF-MUI tidak ikut dalam aksi demo 21 Februari itu. 

Alasannya Rizieq yang telah didaulat sebagai ulama besar, tidak pantas turun ke lapangan untuk membela dirinya. Biarkan umat yang membela ulamanya sendiri sementara ulama yang dibela seperti Rizieq memantau dari jauh. Benarkah demikian?

Beberapa informasi intelijen telah dicium oleh Polri bahwa demo besok yang akan dihadiri sepuluh ribu dan bahkan 100 ribu menurut Tengku Zulkarnain akan menuntut dengan keras agar Ahok dicopot. 

Ketika tuntutan itu tak dikabulkan, maka ada kemungkinan pendemo melakukan tindakan anarkis. Tak tertutup kemungkinan, para pendemo akan memaksa untuk menduduki gedung DPR/MPR.

Nah, belajar dari pengalaman sebelumnya, jika Rizieq ada di tengah-tengah pendemo dan kekacauan terjadi, maka ia dipastikan menjadi sasaran penangkapan oleh aparat. Tito sendiri sudah siap siaga menindak tegas siapa saja yang akan berbuat anarkis. Aparat tidak akan menoleransi tindakan anarkis sekecil apapun. Aparat siap menegakkan hukum.

Nah, ketakutan dan firasat akan ditangkap oleh aparat inilah yang membuat Rizieq dan teman-temannya enggan turun langsung. Selain alasan itu, ada juga rumor bahwa dukungan logistik untuk pendemo mengalami kekurangan. Ditambah dengan kasus-kasus yang kini tengah melilitnya, membuat  spirit Rizieq tak seperti dulu. Rizieq sekarang lebih kalem.

Taktiknya ialah membiarkan pion-pionnya maju ke depan, sementara rajanya santai di balairung istananya. Kalau berhasil, gue yang disebut-sebut. Namun kalau gagal, biarlah pion-pion kecil yang menjadi korban. Hebatnya pion-pion itu mau-mau saja ditunggangi. Begitulah kura-kura.

Salam Seword,

0 komentar:

Posting Komentar