Demo 212 di DPR, Ketakutan kepada Ahok, Rizieq Firasat
www.LigaEmas.net - Luar biasa. Ahok akhirnya kembali menjadi
gubernur aktif. Serangan bertubi-tubi yang telah diarahkan kepadanya tak
mempan. Secara hukum, kinerja dan dukungan, Ahok kembali di atas angin.
Demo 411 dan 212 tahun lalu seakan tak berbekas. Malahan lebaran kuda
kandas 15 Februari. Agus tersingkir sementara Anies dilanda euforia
tinggi bisa melangkah ke putaran kedua.
Pertarungan Ahok-Anies di putaran kedua
dipastikan berlangsung sengit. Selama dua bulan ke depan kita akan
menyaksikan pertarungan Pilkada paling sengit se Indonesia. Pun
partisipatif warga dalam Pilkada DKI kali ini akan mencetak sejarah baru
sebagai Pilkada yang melibatkan warga tertinggi di Indonesia sepanjang
sejarah. Euforia kemenangan di kubu Anies di satu pihak ditambah
aktifnya kembali gubernur Ahok, akan menambah serunya pertarungan.
Jelas posisi Ahok yang telah menjadi
gubernur menakutkan kubu Anies dan para pendukungnya. Ahok dengan segala
kekuasaan di tangannya, siap bermanufer, berkamuflase dan bermetafora.
Ahok akan berkampanye secara tak langsung lewat kerja kerasnya.
Sementara Anies hanya ketawa jika ada banjir dan sibuk menjelaskan rumah
tanpa DP nol Rupiah. Situasi ini jelas sangat menakutkan kubu Anies
dan para pendukungnya.
Dipastikan Ahok dan pendukungnya akan
meniru strategi PKS yang militan. Para relawan Ahok, PDIP, Golkar,
Nasdem dan Hanura akan terjun langsung memastikan bahwa semua temannya
terdata di DPT dan bisa menyoblos pada tanggal 19 April mendatang. Semua
bergerak. Golkar telah membunyikan lonceng pergerakan. PDIP siap
bergerak di akar rumput.
Para relawan Ahok kini sedang bergerak
cepat berkonsolidasi. Para simpatisan Ahok yang menjabat sebagai
pengurus RT mulai didorong untuk memastikan bahwa semua temannya terdata
di DPT, termasuk yang hanya menumpang KTP dan tinggal di lokasi lain.
Yang tinggal di lokasi sesuai KTP, aktif menghubungi yang menumpang KTP,
mengingatkan, menyemangati untuk datang pada hari pencoblosan.
Kini para pendukung Ahok sudah siap
membelah Jakarta, mendatangi TPS sesuai KTP, memastikan daftar namanya
di DPT, menyusuri jalan dari Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, Serpong
demi mengurus DPT. Para pendukung Ahok kini bagai macan yang
dibangunkan. Mereka telah belajar bahwa tidak ada gunanya larut dalam
euforia semu di dunia maya, mabuk dengan flash mob di mall, bangga dengan Rumah Lembang yang selalu ramai.
Akan tetapi semuanya itu tidak ada artinya
jika ternyata tak terdata di DPT, malas datang ke TPS dan merasa
Pilkada bukan urusannya. Kini kesalahan itu telah mengubah mentalitas
para pendukung Ahok.
Hanya berkoak-koak di media dan meyakini bahwa Ahok
menang satu putaran, kini ditinggalkan. Saatnya turun langsung
bertarung di lapangan. Kini saatnya rela berkorban dan siap bertarung
untuk memenangkan Ahok.
Konsolidasi yang telah mulai dibangun oleh
para relawan Ahok telah mengirim sinyal menakutkan bagi Gerinda, PKS
dan ormas-ormas Islam yang mendukungnya. Apa yang terjadi jika mereka
yang tidak menyoblos pada 15 Februari itu datang dengan data lengkap
menyoblos pada 19 April 2017 mendatang?
Ditambah aktifnya kembali Ahok di kursi
gubernur, semakin membuat FPI, FUI, GNPF MUI dan ormas lain ketakutan.
Kemenangan yang sudah mulai dicium akan sirna seperti Pilkada DKI 2004,
seperti yang dialami Adang Daradjatun, calon yang diusung PKS. Apa yang
terjadi jika Ahok keluar sebagai pemenang Pilkada? Maka tidak ada jalan
lain selain terus mendemo Ahok dengan tuntutan aneh copot Ahok. Para
pendemo terus akan mengingatkan para para lawan Ahok bahwa perjuangan
belum selesai.
Ada harapan bahwa dengan adanya demo
terus-menerus kepada Ahok, maka dukungan kepada Anies akan semakin
besar. Oleh karena itu maka segala cara yang masih ada terus ditempuh
untuk melemahkan, menggerus, merongrong dukungan kepada Ahok. Selagi ada
energi, maka jangan pernah berhenti untuk mengejar dan menggencet Ahok
hingga titik darah penghabisan.
Filosofinya adalah tetap ribut, bergerak
dan berteriak, maka masyarakat akan tetap memperhatikan tuntutan mereka.
Dengan demikian kata penista agama, terdakwa yang telah disematkan
kepada Ahok terus diingat publik hingga sampai hari pencoblosan.
Rizieq Firasat
Ada kabar bahwa Rizieq, Munarman dan ketua
GNPF-MUI tidak ikut dalam aksi demo 21 Februari itu.
Alasannya Rizieq
yang telah didaulat sebagai ulama besar, tidak pantas turun ke lapangan
untuk membela dirinya. Biarkan umat yang membela ulamanya sendiri
sementara ulama yang dibela seperti Rizieq memantau dari jauh. Benarkah
demikian?
Beberapa informasi intelijen telah dicium
oleh Polri bahwa demo besok yang akan dihadiri sepuluh ribu dan bahkan
100 ribu menurut Tengku Zulkarnain akan menuntut dengan keras agar Ahok
dicopot.
Ketika tuntutan itu tak dikabulkan, maka ada kemungkinan
pendemo melakukan tindakan anarkis. Tak tertutup kemungkinan, para
pendemo akan memaksa untuk menduduki gedung DPR/MPR.
Nah, belajar dari pengalaman sebelumnya,
jika Rizieq ada di tengah-tengah pendemo dan kekacauan terjadi, maka ia
dipastikan menjadi sasaran penangkapan oleh aparat. Tito sendiri sudah
siap siaga menindak tegas siapa saja yang akan berbuat anarkis. Aparat
tidak akan menoleransi tindakan anarkis sekecil apapun. Aparat siap
menegakkan hukum.
Nah, ketakutan dan firasat akan ditangkap
oleh aparat inilah yang membuat Rizieq dan teman-temannya enggan turun
langsung. Selain alasan itu, ada juga rumor bahwa dukungan logistik
untuk pendemo mengalami kekurangan. Ditambah dengan kasus-kasus yang
kini tengah melilitnya, membuat spirit Rizieq tak seperti dulu. Rizieq
sekarang lebih kalem.
Taktiknya ialah membiarkan pion-pionnya
maju ke depan, sementara rajanya santai di balairung istananya. Kalau
berhasil, gue yang disebut-sebut. Namun kalau gagal, biarlah pion-pion
kecil yang menjadi korban. Hebatnya pion-pion itu mau-mau saja
ditunggangi. Begitulah kura-kura.
Salam Seword,
0 komentar:
Posting Komentar